Senin, 05 Desember 2011

laporan ddpt pengenalan hama perkebunan dan hama gudang


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita ketahui bahwa salah satu kendala dalam usaha peningkatan di bidang pertanian adalah adanya gangguan akibat serangan hama yang secara tidak langsung keberadaan hama ini akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani di dalam suatu daerah. Serangan hama tanaman merupakan salah satu kendala yang sangat meresahkan para petani. Bagaimana tidak, dalam batas tertentu populasi hama dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian yang akhirnya dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi petani. Serangan hama tersebut dapat terjadi pada berbagai komoditas baik itu komoditas pangan, holtikultura maupun perkebunan.. Keberadaan hama disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya seperti cuaca, faktor geografis serta tindakan manusia, sehingga jenis hama, dominansi, intensitas dan luas serangannya berbeda antar daerah satu dengan yang lain.
Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek (Hildayani, 2009).
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp. , Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.


1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman adalah untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama yang menyerang tanaman Perkebunan dan Gudang.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi serta untuk mengetahui morfologi hama serta gejala serangan yang ditimbulkannya pada tanaman Perkebunan dan Gudang.









II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)
2.1.1 Klasifikasi dan morfologi
    Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) memiliki ciri morfologi yaitu mempunyai caput,thorax, abdomen dan tungkai, memiliki bentuk tubuh bulat memanjang, berwarna putih kekuningan. Hama ini termasuk Kingdom Animalia, Ordo Lepidoptera, Famili Lithocollectidae, Genus Conomorpha, Spesies Conomorpha cramerella (Rioardi,2009).    

2.1.2 Daur hidup
    Hama Conopomorpha cramerella merupakan serangga tipe penggerek. Pada larva memiliki panjang sekitar 1,2 cm, lama hidup dalam buah kakao antara 14–18 hari. Untuk imago panjangnya 7 mm, lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam, memiliki antena yang panjang serta runcing. Serangga ini aktif pada malam hari (Sari, 2009).

2.1.3 Gejala serangan
    Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) tergolong serangga hama yang sulit dikendalikan, karena setelah telur menetas, larva yang keluar akan langsung bergerak dan mulai membuat gerekkan lubang tepat di bawah tempat meletakkan telur, lalu masuk ke dalam buah kakao. Di dalam buah, larva akan menggerek daging buah kakao tepat di bawah plasenta (saluran makanan). Bahkan bagian diantara biji serta plasentanya pun ikut digerek, sehingga menyebabkan biji gagal berkembang karena menjadi saling melekat dan bentuknya (Sari, 2009).
2.2 Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp)
2.2.1 Klasifikasi dan morfologi
         Helopelthis termasuk dalam Kingdom Animalia, Filum Arthropoda            Kelas Insekta, Ordo Hemiptera, Famili Miridae, Genus Helopeltis                      Spesies Helopeltis sp. Hama ini memiliki bentuk morfologi yaitu terdiri dari Kepala (Caput), Antena, Mata, Tungkai semu, Abdomen dan Ovipositor (Sudarmo, 2005).
2.2.2 Daur hidup
 Hama Helopelthis sp merupakan serangga tipe pengghisap. Lama hidup dalam buah kakao antara 14–18 hari. Untuk imago panjangnya 7 mm, lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam . Serangga ini aktif pada malam hari, dan pada siang hari biasanya berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari (Sari, 2009).

                                                         
2.2.3 Gejala serangan
   Gejala serangan hama Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp) pada Tanaman Kakao yaitu terlihat pada buahnya yang terdapat bintik-bintik hitam pada bagian luar. (Rioardi,2009).
2.3 Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
2.4.1 Klasifikasi dan morfologi
  Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah, kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen). Termasuk dalam Kingdom Animalia Filum  Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili  Scarabaeidae, Genus  Oryctes, Spesies  Oryctes rhinoceros (Nyoman, 2005).

2.4.2 Daur hidup                   
         Telur Oryctes rhinoceros  berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia telur lamanya 8-12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki. Larva Oryctes rhinoceros mengalami tiga instar (pergantian kulit) dan membutuhkan waktu  2-4 bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim. Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun telah mati, timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan limbah penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk gergaji. Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif selama 8-13 hari (masa prapupa). Pupa berwarna coklat dan terbungkus kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17-28 hari (Nyoman, 2005).

2.4.3 Gejala serangan
    Daun yang belum terbuka dirusak, sehingga pada saat daun membuka, terlihat bekas potongan yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf V. Akibatnya mahkota daun tampak compang – camping, semrawut dan tidak teratur. Kumbang badak Oryctes rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman. Tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan membusuk kering (Nyoman, 2005).

2.4 Belalang Pedang (Sexava sp.)
2.4.1 Klasifikasi dan morfologi
  Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah, kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen), terdapat tiga pasang tungkai dan memiliki sayap. Termasuk dalam Kingdom Animalia Filum  Arthropoda, Kelas  Insecta, Ordo  Orthoptera, Famili  Tettigoniidae, Genus  Sexava   Species  Sexava sp (Saleh, 2008) .

2.4.2 Daur hidup                   
    Nimfa hama Sexava sp berukuran 7 cm sampai 9 cm, bercirikan rwarna hijau tetapi kadang-kadang berwarna coklat. Masa perkembangan hama ini biasanya berlangsung selama 40 hari untuk menjadi belalang dewasa (Saleh, 2008).



2.4.3 Gejala serangan
    Gejala serangannya Sexava sp pada daun tanaman kelapa yaitu merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga. Merajalela pada musim kemarau dan pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja (Saleh, 2008).

2.5 Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
2.5.1 Klasifikasi dan morfologi
Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan yang ternasuk  Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies Callosobruchus chinensis (Rioardi,2009).

2.5.2 Daur hidup
Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat (Hildayani, 2009).


2.5.3 Gejala serangan
  Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Hildayani, 2009).


2.6 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
2.6.1 Klasifikasi dan morfologi
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Cleridae, Genus Necrobia, Spesies Necrobia rufipes, memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed atau kadang serrate atau pectinate (Saleh, 2008)

2.6.2 Daur hidup
Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak pada ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari betinanya. Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang dijalurkan keluar bila mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas abdomen ke 10 memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki organ penjepit bagian luar dan organ penusuk bagian median          (Nyoman, 2005).

2.6.3 Gejala serangan                                                                 
   Kumbang menyukai kopra yang berkualitas rendah, aktif baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah-celah atau retakan bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, maka larva akan menggerek bahan dengan liang gerek yang berkelok-kelok. Menjelang saat berkepompong larva itu membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran sisa gerekan dan air liurnya dari sebelah dalam. Biasanya larva terakhir juga menyiapkan lubang keluar bagi kumbang dewasa yang baru dan lubang itu ditutup dengan campuran air liurnya dan sisa gerekkannya (Sudarmo, 2005).













2.7 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
2.7.1 Klasifikasi dan morfologi
         Kumbang beras (Sitophilus oryzae) termasuk  Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera Family Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies Sitophilus oryzae. Ukuran dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan  (Hildayani, 2009).

2.7.2 Daur hidup             
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini
sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Sudarmo, 2005).

2.7.3 Gejala serangan      
Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia rufipes tetapi liang gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Andini, 2008).







2.8 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
2.8.1 Klasifikasi dan morfologi       
Kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang ini termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera Family Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies Sitophilus zeamays  (Sudarmo, 2005).

2.8.2 Daur hidup
        Kumbang Jagung mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari telur, larva, pupa hingga menjadi kumbang dewasa. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan.. Sikus hidupnya berlangsung selama 28-90 hari (Sudarmo, 2005).

2.8.3 Gejala serangan
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerbu biji-biji jagung yang telah masak di lapangan sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap lubang yang di gerek, dimasuki satu butir telur Kemudian lubang ditutup kembali dengan zat   seperti
gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur. Telur akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa (Sudarmo, 2005).

2.9 Kumbang Tepung (Tribolium sp)
2.9.1 Klasifikasi dan morfologi
Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Memiliki klasifikasi Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera Family Tenebrionidae, Genus Tribolium                     Spesies Tribolium sp (Saleh 2008)

2.9.2 Daur hidup       
Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih dan dihiasi warna kuning dengan panjang ± 3,5 mm. Periode telur sampai dewasa sekitar 6 minggu.

2.9.3 Gejala serangan
      Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama Sitophilus oryzae, pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama Tribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (Andini, 2008).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai Hama Tanaman Perkebunan dan Hama Gudang dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas tadulako. Pada hari Rabu, tanggal 30 November 2011 , pukul 14.00 sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada Praktikum tentang pengenalan serangga hama pada tanaman Perkebunan dan Gudang, yaitu papan bedah, jarum pentul, alkohol, alat tulis menulis dan buku gambar.
Bahan yang digunakan pada praktikum Dasar- Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Hama Perkebunan dan Hama Gudang yaitu kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangan, larva kumbang kelapa                      (Oryctes rhinoceros), penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) dan gejala serangannya pada buah kakao (Theobroma cacao), belalang pedang (Sexava sp.) dan gejala serangannya pada daun kelapa (Coconut nucifera), Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp.) dan gejala serangannya, Kumbang biji  kacang hijau           (Callosobruchus chinensis)     dan    gejala    serangannya,        Kumbang           kopra             
(Necrobia rufipes) dan gejala serangannya, Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dan gejala serangannya, Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) beserta gejala serangannya, dan Kumbang tepung (Tribolium sp.).

3.3 Cara kerja                                                                                                   
Pertama menyiapkan seluruh alat dan bahan, setelah itu merendam hama pada larutan alkohol 70 %. Setelah itu mengamati hama tersebut secara teliti, kemudian menggambar morfologi hama Perkebunan dan Hama Gudang  beserta gejala serangannya dan memberikan keterangan pada masing – masing gambar.
                     











IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil                                      
      Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
                                                                                                        Ket :
1. Mata
2. Caput
3. Abdomen
4. Ovipositor
Gambar 31. Morfologi Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)
Ket :
Pada Bagian Dalam Buah Kakao Plasentanya Bergabung antara biji satu dengan lainnya dan berwarna coklat Kehitaman
 



                                                                                                    

                                                                                                           
Gambar 32. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) pada Tanaman Kakao (Theobroma kakao)

Ket :
Ket :
1. Mata
2. Antena
3. Tungkai
4. Ovipositor
5. Sayap


Gambar 33. Morfologi Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp)
Ket :
Terdapat Bintik-bintik Hitam



 Gambar 34. Gejala Serangan Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp) pada Tanaman Kakao (Theobroma kakao)

Ket :t :
1. Mata
2. Caput
3. Antena
4. Tungkai
5. Sayap
6. Ovipositor


Gambar 35. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rynoceros)
Ket :
Membuat daun kelapa berlubang-lubang



Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rynoceros) pada Daun Tanaman Kelapa ( Cococnut nucifera)
Ket :
1. Mata
2. Caput
3. Mulut
4. Abdomen
5. Kaki
Gambar 37. Morfologi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rynoceros)
Ket :
 Ket :
1.      Mata
2.      Sayap
3.      Mulut
4.      Kaki
5.      Ovipositor


Gambar 38. Morfologi Belalang Pedang (Sexava sp).

Ket :
Daun Kelapa terlihat berlubang


Gambar 39. Gejala Serangan Belalang Pedang (Sexava sp) pada Daun Tanaman     Kelapa (Coconut nucifera)

1. Mata
2. Caput
3. Moncong
4. Abdomen
5. Kaki


Gambar 40. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus orizae)

Ket :
Terdapat Lubang- lubang Pada
Beras


Gambar 41. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus orizae) pada Beras





                                                                                              Ket :
                                                                                              Ket :
                                                                                               1. Mata
2. Caput
3. Abdomen
4. Antena
5. Kaki



Gambar 42. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp)
                                                                                                                  Ket :
1.      Mata
2.      Antena
3.      Caput
4.      Abdomen
5.      Kaki
6.      Ovipositor
 
 

                                                                                     Ket :
1.      Mata
2.      Antena
3.      Caput
4.      Abdomen
5.      Kaki
6.      Ovipositor
Gambar 43. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)  
                                                                      


Ket :
Bagian Jagung
terlihat berlubang


Gambar 44. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada Jagung (Zea mays)                                                                     






                                                                                                        Ket :                
1.      Mata
2.      Kepala
3.      Caput
4.      Abdomen
5.      Sayap
6.      Kaki
 
 




Gambar 45. Morfologi Kumbang Biji Kacang Hijau(Callosobrochus chinensis L)
Ket :
Biji Terlihat Berlubang
 
 


Gambar 24. Morfologi larva lalat buah (Dacus sp)


Gambar 46. Gejala Serangan Kumbang Biji (Callosobrochus chinensis L) pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
Ket :
1.      Mata
2.      Antena
3.      Caput
4.      Sayap
5.      Abdomen
6.      Kaki
 
 

ambar 25.

Gambar 47. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

Ket:
Kopra berwarna Hitam dan mengeluarkan bau busuk










 
 



Gambar 48. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
4.2 Pembahasan
      Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) memiliki bentuk morfologi seperti larva panjangnya sekitar 1 cm, tubuh bergaris, mempunyai mata caput,thorax, abdomen dan tungkai. Warna dasar ngengat adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap.
     Pada larva memiliki panjang sekitar 1,2 cm dan berwarna ungu muda hingga putih, lama hidup dalam buah kakao antara 14–18 hari. Untuk imago panjangnya 7 mm, lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam, memiliki antena yang panjang serta runcing (Nyoman, 2005).
    Dari pengamatan di Laboratorium Gejala serangan yang ditimbulkan dari Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) yaitu pada biji buah nampak berwarna hitam, rusak dan plasenta antara buah satu dengan lainnya saling menempel.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Conopomorpha cramerella yaitu terdapat lubang gerekan bekas keluarnya larva. biji-bijinya saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil (Nyoman, 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, kumbang kelapa             (Oryctes rhinoceros) memiliki ciri morfologi yaitu mempunyai caput, thorax, abdomen, kaki, mulut,dan mata. Tubuh Kumbang tersebut berwarna hitam kecoklatan.
Pada fase imago, kumbang Oryctes rhynoceros berwarna gelap sampai hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus. Pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala. (Sari, 2009).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat gejala serangan yang diakibatkan oleh Hama Kumbang Kelapa (Oryctes rhynoceros) yaitu pada daun Kelapa (Cocos nucifera) terlihat berlubang-lubang akibat dari bekas gigitan hama tersebut.
Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman. Tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan membusuk kering (Nyoman, 2005).


Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan, morfologi dari larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yaitu memiliki caput, abdomen atau perut, mata, kaki serta ovipositor. Bentuk tubuh dari larva ini seperti membentuk huruf “C”.
       Berdasarkan hasil pengamatan, Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau, mempunyai caput,mata, antena, thorax, abdomen, tiga pasang tungkai, dan sayap. Pada bagian ovipositornya terdapat seperti bentuk jarum.
Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah, kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Thorax), perut (Abdomen), terdapat tiga pasang tungkai dan memiliki sayap. nimfa berukuran 7 cm sampai 9 cm, berwarna hijau kadang-kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari.
Gejala serangan yang ditimbulkan akibat dari hama Belalang Pedang (Sexava sp)  yaitu pada daun kelapa (Cococs nucifera) nampak berlubang-lubang dan terdapat bekas gigitan.
 Gejala serangan dari Sexava sp ini pada daun tanaman kelapa yaitu merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga. Merajalela pada musim kemarau dan pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja (Saleh, 2008).
Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan, morfologi dari larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yaitu memiliki caput, abdomen atau perut, mata, kaki serta ovipositor. Bentuk tubuh dari larva ini seperti membentuk huruf “C”.

Pengendalian yang dapat dilakukan akibat dari hama perkebunan yaitu dengan cara pengendalian hayati atau pula biasa disebut dengan pengendalian dengan menggunakan musuh alami. Selain itu juga penggunaan pestisida dapat digunakan, tetapi harus sesuai dengan takaran yang berlaku.
Pada pengamatan selanjutnya, yakni pengamatan morfologi hama gudang. Diantaranya Kumbang biji (Callosobruchus chinensis) , Kumbang kopra (Necrobia rufipes) , kumbang beras (Sitophilus oryzae), kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dan kumbang tepung (Tribolium sp) memiliki ciri morfologi yang tidak jauh berbeda, karena semuanya tergolong dalam ordo coleoptera.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Kumbang Kacang Hijau        (Callosobruchus chinensis) terdapat mata, antena, sayap dan kaki. Memiliki bentuk tubuh bulat dan kepala agak runcing.
Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus (Rioardi,2009).
. Gejala serangan yang ditimbulkan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)  yaitu terdapat lubang-lubang pada biji kacang hijau. Dimana didalam biji kacang hijau  (Phaseolus radiatus L.) merupakan tempat hidup dari larva-larva Kumabang tersebut.
Produk yang diserang oleh Kumbang Kacang Hijau  (Callosobruchus chinensis) akan tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Hildayani, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, pada Kumbang Kopra     (Necrobia rufipes) memiliki ciri morfologi kumbang pada umumnya yaitu memiliki caput, mata, sayap, dan 3 pasang tungkai. Warna dari kumbang ini yaitu ungu mengkilat.
Necrobia rufipes, memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed atau kadang serrate atau pectinate (Saleh, 2008)
Gejala yang ditimbulkan pada Kopra (Necrobia rufipes) yaitu terlihat Kopra menjadi rusak serta berwarna Kehitaman. Selain itu pada kopra tersebut menimbulkan bau busuk.
       Induk kumbang betina dari Necrobia rufipes beberapa waktu setelah melakukan kopulasi (pada saat-saat bertelur) akan meletakan telurnya pada cela-cela yang terdapat pada produk akibat terjadinya retakan-retakan. Setelah penetasan, larva sangat aktif dimana ada yang langsung melakukan penggerekan pada daging kopra dan sementara terus melakukan pengrusakan sehingga daging kopra berlubang-lubang bagaikan saluran kecil yang bercabang. Sementara hama yang sempat keluar dari lubang gerekannya akan melakukan kanibalisme (Sudarmo, 2005).

Berdasarkan hasil pengamatan dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) dapat kita lihat, bahwa kumbang tersebut memiliki caput, antena, sayap dan kaki. Umumnya Kumbang ini terlihat sama dengan Kumbang Tepung.
Ukuran dewasa  Sitophilus oryzae berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan  (Hildayani, 2009).
Gejala yang ditimbulkan kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada beras      (Oryza sativa) yang kita lihat di laboratorium, yaitu beras menjadi berlubang dan hampa.
Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia rufipes tetapi liang gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Andini, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium pada kumbang Jagung    (Sitophilus zeamays) yang terlihat bahwa kumbang tersebut memiliki mata, caput, sayap dan 3 pasang tungkai.


Kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (Sudarmo, 2005).
Pada pengamatan di laboratorium, gejala serangan yang ditimbulkan dari Kumbang Sitophilus zeamays yaitu, Jagung (Zea mays) terlihat  berlubang-lubang dan menjadi rusak.
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerbu biji-biji jagung yang telah masak di lapangan sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap lubang yang di gerek, dimasuki satu butir telur Kemudian lubang ditutup kembali dengan zat   seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur (Sudarmo, 2005).
Berdasarikan hasil pengamatan pada kumbang tepung (Tribolium sp) memiliki morfologi yang mempunyai sayap, mata, caput dan kaki. Berwarna coklat kemerahan.  
Kumbang dewasa dari Kumbang Tepung (Sitophilus oryzae) yaitu berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. memiliki caput, thorax, abdomen dan 3 pasang tungkai (Saleh, 2008).
Jika tahap pencegahan serangan hama gudang sudah dilakukan tapi masih saja ada serangan maka jalan terakhir adalah mengendalikan hama gudang tersebut dengan cara Menjaga kebersihan gudang, Menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25-37.5˚C dan Menurunkan tingkat kadar air bahan . Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Memang diakui bahwa daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi jika kita peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka pestisida nabati ini bisa menjadi alternatif. Memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk skala produksi karena selama ini penelitian-penelitian tentang efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang masih skala laboratorium. Seluruh cara pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika dikerjakan secara parsial. Oleh karena itu sebaiknya semua cara diatas dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang optimal (Sudarmo 2005).








V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
       Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hama yang menyerang tanaman perkebunan, umumnya pada fase larva menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis.
2.  Hama Gudang memiliki ciri morfologi yang tidak jauh berbeda, karena semuanya tergolong dalam ordo coleoptera.
3.  Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang.

5.2 Saran

       Agar dalam pelaksanaan praktikum, kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih ditingkatkan lagi demi  kelancaran praktikum yang akan berlangsung, dimana praktikan harus disiplin dalam peraturan.


DAFTAR PUSTAKA
Andini,2008. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. http:// andini_blogspot.com. Di akses pada tanggal 03 Desember 2011.
Hildayani, 2009. Hama dan Penyakit Tanaman Setahun. http://hild@yani.scribd.com. Diakses pada tanggal 03 Desember 2011
Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com.
Sari, 2009. Ilmu Hama Tanaman.http://sarimanis.blogspot.com. Diakses pada tanggal 04 Desember 2011.
Saleh, 2008. Integrated Agricultural Farming System. http://salehp3t.blogspot.com. Diakses pada tanggal 04 Desember 2011
Sudarmo. 2005. Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta. Gajah Mada, Yogyakarta.






LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


Pengenalan Serangga Hama Pada Tanaman Perkebunan dan
 Hama Gudang







Oleh :
AGUSTINAWATI
E 281 10 009










PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011